Organisasi Kelas dan Dampak yang Diharapkan

Apabila kita memasuki suatu kelas pada umumnya terlihat bahwa bangku-bangku disusun dalam bentuk 3 atau 4 baris dan setiap bangku di duduki oleh 2 orang murid. Guru memiliki meja kursi sendiri yang diletakkan di depan kelas. Selain itu, terlihat pula bahwa dinding kelas hanya digantungi dengan kalender, satu atau dua gambar pahlawan. Peta Indonesia sangat jarang dijumpai di kelas, apalagi hasil pekerjaan murid. Tidak jarang dijumpai bahwa dinding kelas tidak digantungi apa-apa. Suasana kelas sangat formal, bahkan ada dan banyak sekolah yang melarang muridnya untuk berbicara satu dengan yang lainnya di dalam kelas. Kelas ramai merupakan suasana yang kurang disenangi oleh guru atau kepala sekolah. Tetapi apakah situasi buatan tersebut sudah merupakan situasi yang tepat agar murid dapat belajar?

Kualitas lingkungan tempat murid belajar merupakan hal yang sangat penting bagi murid untuk belajar bagaimana belajar, yaitu cara untuk memperoleh, menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Di Sekolah Dasar, semuanya itu secara sadar atau tidak sadar dikondisikan oleh guru kelas. Oleh karena itu sepantasnya guru memikirkan hal itu. Dalam rangka melaksanakan prinsip CBSA yaitu meningkatkan keikutsertaan murid secara aktif dalam proses belajar-mengajar, salah satu langkah yang harus dilaksanakan guru adalah memperbaiki cara pengorganisasian kelas. Kelas hendaknya menjadi tempat yang menggairahkan dan merangsang murid untuk melakukan kegiatan belajar. Selain itu guru hendaknya memperhatikan tempat-tempat lain di sekitar kelas menjadi tempat belajar yang nyaman. Misalnya, pekarangan sekolah, beranda sekolah atau tempat-tempat lain yang sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai tempat belajar.

Dalam mengatur sarana dan prasarana belajar hendaknya diperhatikan patokan-patokan sebagai berikut:
  1. Ruang kelas hendaknya berisikan pajangan, gambar, alat peraga atau bahan-ahan yang dibutuhkan murid dalam belajar. Pajangan dapat berupa hasil pekerjaan murid atau guru yang dapat digunakan sebagai sumber belajar.
  2. Meja-meja belajar hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga murid secara leluasa dapat bekerja dan berkomunikasi dengan temannya dan guru secara leluasa dapat memberikan bimbingan dan bantuan kepada muridnya secara perorangan atau kelompok kecil.
  3. Untuk berbagai kegiatan yang memerlukan kerjasama, meja dapat diatur berkelompok. Cara penyusunan semacam ini akan memberikan lebih banyak keleluasaan pada murid untuk berperan secara aktif. Murid lebih leluasa untuk menyatakan pendapatnya, mendengarkan pendapat temannya, memberikan kritik dan saran-saran perbaikan, melakukan percobaan sendiri dan lain-lain. Sehingga timbul suasana kelas yang ramai karena keaktifan dari murid-murid yang turut serta berperan dalam memperbincangkan permasalahan yang sedang dibahas. Ini tidak berarti bahwa keramaian dalam berbicara itu tidak terbatas. Semuanya ada batas dan norma-norma yang berlaku yang jelas tidak sampai mengganggu kelas lain yang sedang belajar. Dipandang dari guru, cara belajar dengan metode kelompok akan lebih memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan dan bantuan baik kepada murid secara perorangan maupun dalam kelompok kecil.
Dalam mengatur tata letak meja kursi murid dalam kelas dapat bermacam-macam.  Hal ini sangat bergantung pada:
  1. Ukuran dan bentuk kelas.
  2. Ukuran dan bentuk meja kursi murid.
  3. Jumlah murid dalam kelas.
  4. Jumlah kelompok yang direncanakan
  5. Jumlah murid dalam satu kelompok.
Pertanyaan yang umumnya muncul dalam pertemuan-pertemuan antar pembina dan guru tentang susunan meja dan kursi ini adalah apakah susunan meja dan kursi perlu diubah-ubah bila jenis belajar yang digunakan guru berubah? Susunan meja dan kursi murid dalam kelas pada dasarnya tidak perlu diubah-ubah. Jika guru hendak memberikan informasi secara klasikal, murid hanya perlu mengubah posisi duduknya saja dari membelakangi menjadi menghadap guru. Jika kursi mudah diangkat maka murid dapat memutar kursinya saja. Bagaimana dengan sekolah yang masih menggunakan guru bidang studi atau mata pelajaran? Bagi sekolah ini juga susunan meja kursi murid tidak perlu diubah-ubah. Dalam hal ini, kebijaksanaan Kepala Sekolah sangat menentukan. Penyusunan meja kursi di dalam kelas perlu ditentukan dan disepakati oleh semua guru bidang studi atau guru mata pelajaran.

Apabila strategi belajar-mengajar diterapkan berbentuk kelompok maka pemberian tugas kepada setiap kelompok dapat diatur sebagai berikut:
  1. Seluruh kelompok diminta untuk mengerjakan kegiatan yang sama. Ini adalah bentuk pembagian tugas yang paling umum. Misalnya, murid dibagi dalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk menganalisis bacaan tentang perkembangan ekonomi di Indonesia.
  2. Kelompoknya hanya satu yaitu kelas. Seluruh murid diminta untuk melakukan tugas yang sama. Bentuk penugasan ini juga merupakan bentuk umum. Misalnya seluruh murid diminta untuk melakukan gerak yang sama yaitu lari-lari kecil di tempat.
  3. Murid dibagi dalam 6 kelompok, 3 kelompok pertama diberi tugas A dan 3 kelompok kedua diberi tugas B.
  4. Murid dibagi dalam kelompok dan masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda.
Pembagian penugasan ini bergantung pada tujuan yang ingin dicapai guru dan sarana belajar yang dapat digunakan oleh guru.

0 Response to "Organisasi Kelas dan Dampak yang Diharapkan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel