Kesesuaian Pendidikan di Sekolah dengan Tuntutan Kehidupan (Dilihat dari Isi)

Salah satu kriteria tentang isi kurikulum adalah adanya keseimbangan antara kedalaman dan keluasan. Hal ini mengandung pengertian bahwa isi kurikulum harus mempunyai ruang lingkup yang keluasannya seimbang dengan kedalamannya. Keluasan ruang lingkup banyak berkaitan dengan banyaknya pengalaman belajar yang dicapai, serta banyaknya bahan pelajaran yang dapat dipelajari. Sedangkan dalamnya isi berkaitan dengan kemampuan/penguasaan bahan pelajaran itu. Isi kurikulum yang diambil dari segi-segi kehidupan dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat untuk dipelajari. Oleh karena itu, pemerintah mencoba untuk memberikan masukan sehubungan dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Dalam hal ini adalah dimasukannya ide muatan lokal kedalam kurikulum sekolah dasar.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0412/U/1987 secara tersirat mencantumkan pengertian muatan lokal. Dalam pasal 1 keputusan tersebut tertulis bahwa yang dimaksud muatan lokal adalah; program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah yang perlu dipelajari murid.

Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa yang dimaksudkan dengan muatan lokal adalah pengembangan bahan pelajaran yang materinya berupa "benda-benda, makhluk hidup, kejadian atau peristiwa alam/budaya" yang ada dalam lingkungan geografis dan sosial-budaya tertentu. Dengan perkataan lain, muatan lokal dalam kurikulum nasional adalah suatu pendekatan pengembangan bahan belajar dari program SD yang sudah ada dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di lingkungan di mana sekolah tersebut berada.

Selanjutnya, lingkungan alam dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan atau gunung. Lingkungan sosial dan budaya adalah pola kehidupan daerah, yang dikenal dengan delapan kelompok pola kehidupan, yaitu:
  1. Perikanan darat atau perikanan laut;
  2. Peternakan;
  3. Pesawahan;
  4. Peladangan dan perkebunan;
  5. Perdagangan, termasuk di dalamnya jasa;
  6. Industri kecil, termasuk di dalamnya industri rumah tangga dan industri kerajinan;
  7. Industri besar;
  8. Pariwisata
Keuntungan yang didapat dengan adanya muatan lokal, adalah murid SD belajar dari lingkungan terdekatnya. Hal ini amat penting terutama untuk murid kelas-kelas awal. Mereka tidak belajar mengenai suatu konsep yang asing, tetapi konsep tersebut dipelajari dari contoh konkret yang ada di sekitar mereka sampai kepada tingkat yang [aling abstrak, sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuan berpikir anak. Sebagai contoh; pengembangan muatan lokal untuk daerah yang berhubungan dengan pola kehidupan, seperti kerajinan rakyat/industri rumah tangga daerah dataran rendah, dan sebagainya. Yang menjadi permasalahan apakan murid tersebut akan mempelajari pula pola kehidupan serupa di daerah pantai, dataran tinggi, atau pegunungan? Apakah murid tersebut harus pula mempelajari pola kehidupan lainnya?

Apabila murid hanya mempelajari daerah tertentu, bagaimana dengan keutuhan pengetahuannya mengenai kehidupan bangsa ini? Murid hanya akan memiliki pengetahuan yang sangat tidak memadai mengenai tanah airnya. Kalau keadaan yang demikian terjadi, persoalan pendidikan menjadi beralih pada keterasingan murid terhadap kebudayaan bangsanya.

Dengan demikian, kita perlu memikirkan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut, sehingga murid memiliki pengetahuan yang memadai mengenai lingkungan terdekatnya tanpa mengabaikan pengetahuan yang berhubungan dengan lingkungan lainnya.

0 Response to "Kesesuaian Pendidikan di Sekolah dengan Tuntutan Kehidupan (Dilihat dari Isi)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel